Archive for March, 2010

Penggunaan Teknologi VS Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran

March 3, 2010

Penggunaan Teknologi VS Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran

Integrasi teknologi dalam kelasIntegrasi teknologi dalam kelas

Pemanfaatan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia seringkali hanya digunakan untuk membantu kegiatan administrasi di sekolah saja, tak ubahnya menggantikan mesin ketik konvensional. Bahkan banyak pula sekolah-sekolah maju, yang memiliki laboratorium komputer dengan jumlah komputer yang memadai, hanya memanfaatkan perangkat TIK yang ada untuk mengajarkan keterampilan teknologi informasi saja seperti pelatihan Internet, perangkat perkantoran kepada para siswanya, tak ubahnya seperti kelas kursus komputer pada umumnya.

Seharusnya perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat dimanfaatkan lebih jauh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di ruang kelas dengan cara mengintegrasikannya ke dalam kurikulum yang ada. Penggunaan teknologi berbeda dengan maksud dari Integrasi Teknologi. Kegiatan mengajarkan penggunaan teknologi seperti kegiatan diatas, sangat berbeda dengan kegiatan Integrasi Teknologi dalam kegiatan pembelajaran. Integrasi teknologi adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam wilayah konten secara umum dalam pendidikan untuk memungkinkan mereka belajar keterampilan komputer dan teknologi. Secara umum, kurikulumlah yang mengendalikan penggunaan teknologi bukan sebaliknya (Edutopia, 2008).

The International Society for Technology in Education (ISTE) telah membuat standar teknologi untuk siswa, guru dan pengelola kelas dasar (K-12) di Amerika. ISTE, merupakan pemimpin dalam membantu guru-guru disana menjadi pengguna teknologi yang efektif, mereka berpendapat bahwa “Integrasi kurikulum dengan pemanfaatan teknologi melibatkan infusi dari teknologi sebagai perangkat untuk meningkatkan pembelajaran dalam sebuah wilayah konten atau dalam setting multi-disiplin… Integrasi teknologi yang efektif akan tercapai ketika siswa mampu untuk memilih perangkat teknologi untuk membantu mereka memperoleh informasi dengan cara yang tepat, melakukan analisa dan sintesa informasi, serta menyajikannya secara profesional“. Teknologi harus menjadi sebuah bagian integral dari fungsi kelas seperti perangkat pengajaran lain yang mudah untuk diakses. Fokusnya adalah pada setiap pelajaran, bukan teknologinya (NETS, 2008).

Konstruktivisme merupakan komponen terpenting dari integrasi teknologi. Konstruktivisme merupakan suatu pandangan mengenai bagaimana seorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan terhadap benda-benda di sekitarnya yang direfleksikan melalui pengalamannya (Piaget, 1967). Untuk mengimplementasikan konstruktifisme di dalam kelas, guru harus berkeyakinan bahwa peserta didik ketika datang ke kelas otaknya tidak kosong dengan pengetahuan. Mereka datang kedalam situasi belajar dengan pengetahuan, gagasan, dan pemahaman yang sudah ada dalam pikiran mereka. Jika sesuai, pengetahuan awal inilah yang merupakan materi dasar untuk pengetahuan baru yang akan mereka kembangkan.

Prinsip-prinsip dari konstruktivisme adalah :

  1. Siswa membawa pengetahuan awal yang khas dan keyakinan-keyakinan pada situasi pembelajaran.
  2. Pengetahuan dibangun secara unik dan individu/personal, dalam berbagai cara, lewat berbagai perangkat, sumber-sumber, dan konteks.
  3. Belajar merupakan proses yang aktif dan reflektif.
  4. Belajar adalah proses membangun. Kita dapat mempertimbangkan keyakinan dengan mengasimilasi, mengakomodasi, atau bahkan menolak informasi baru.
  5. Interaksi sosial mengenalkan perspektif ganda pada pembelajaran.
  6. Belajar dikendalikan secara internal dan dimediasi oleh siswa.

Dalam kelas konstuktivisme para siswa adalah bintang dalam kelas-kelas mereka yang berpusat pada siswa (learner/student centered). Mereka mengungkap pengetahuan dan informasi pengalaman masa lalu, dari apa yang mereka dengar dan diskusikan. Pemahaman yang mereka peroleh sebelumnya adalah fondasi dari pembelajaran dalam kelas. Seperti detektif yang memecahkan misteri kriminalitas, para siswa bertanggung jawab atas pemecahan masalah-masalah dalam pelajaran.  Para detektif memulai dari apa yang mereka ketahui dari berbagai sumber — sidik jari, bukti-bukti DNA, dan saksi-saksi mata.  Seperti itu pulalah siswa ternyata dalam kehidupan mereka sehari-hari telah melakukan riset (informal maupun formal) dari berbagai sumber — artikel koran, wawancara dengan para ahli, buku, dan video — untuk menyelesaikan masalah mereka. Seperti seorang detektif yang memerlukan lebih dari satu barang bukti untuk memecahkan kejahatan, para siswa dapat menggunakan beragam sarana (komputer, teks (buku), informasi dari wawancara, dsb.) sebagai pendekatan terhadap masalah pembelajaran. Seperti seorang detektif (reserse) dari kepolisian yang bekerja dalam tim, siswa membutuhkan kolega dan mentor atau supervisor untuk berdiskusi, melakukan refleksi, dan berkonfrontasi untuk membantu mereka bekerja mencapai solusi.

Kalau siswa berperan sebagai detektif yang serba bisa, maka apa yang dilakukan para guru? Pendeknya, guru berperan sebagai pemimpin dalam pembelajaran kelas. Guru tidaklah memberikan seluruh jawaban atau mengendalikan materi, tetapi guru menetapkan struktur yang mendorong eksplorasi siswa. Struktur ini meliputi pengaturan kelas (setting), pencapaian tujuan kurikulum, mengases apakah proses belajar telah terjadi di antara siswa, mengelola aktivitas kelas yang seimbang untuk mengakomodasi ketrampilan-ketrampilan siswa, dan menciptakan nuansa eksploratif di awal kegiatan sehingga siswa termotivasi untuk memenuhi tugasnya. Guru-guru dalam kelas seperti ini bergantung pada ketrampilan bertanya yang baik, memonitor diskusi siswa, dan menetapkan peraturan yang memberi peluang bagi siswa untuk terlibat dalam percakapan dan kolaborasi. Mereka memberi contoh/model dalam berlogika dan melakukan proses berpikir, mengidentifikasi dan mengungkapkan kembali pemahaman dan keyakinan siswa, mendukung dialog antara guru dengan siswa dan antar-siswa, serta memberi umpan balik.

Komputer merupakan perangkat yang baik bagi siswa untuk dapat berekspresi secara individual, dapat digunakan untuk bereksplorasi serta meningkatkan.  Jika teknologi digunakan secara efektif sebagai perangkat untuk berkreasi, maka siswa akan menjadi memiliki keleluasaan lebih, menjadi kolaboratif, dan reflektif dibanding dengan di dalam kelas tanpa teknologi (SEDL, 1998). Penggunaan dan integrasi secara efektif di dalam kelas akan mampu menghadirkan lingkungan belajar yang konstruktif (sesuai dengan teori konstruktivisme).

Selain akan menarik siswa untuk belajar, pemanfaatan dan integrasi teknologi di dalam kelas, akan membuat siswa lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu, integrasi teknologi informasi dalam ruang kelas, mampu juga memberikan siswa pengalaman baru kepada para siswa untuk dapat mengenalkan penggunaan teknologi untuk membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahan atau problem solving (Wallace, 1993) yang mereka hadapi di kehidupan sebenarnya. Manfaat lainnya, penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran akan membuat siswa senang dan lebih rileks dalam belajar, hal ini tentu saja akan membuat siswa mudah dalam menyerap pembelajaran yang disampaikan.

Sekaranglah saatnya para guru berfikir bagaimana teknologi dapat membantu mereka, khususnya dalam pemanfaatannya untuk mendukung pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) di dalam kelas. Dalam integrasi teknologi informasi dalam ruang kelas, teknologi informasi harus diposisikan sebagai “alat” yang mampu membantu/menolong guru secara efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Teknologi bukan memegang peranan yang paling penting dalam proses pembelajaran. Dalam ruang kelas yang mengintegrasikan teknologi, para siswa dapat menggunakan Internet untuk mencari informasi, menganalisa tentang suatu hal, mempresentasikan hasil analisanya dalam bentuk tabel dan grafik serta merekam apa yang telah mereka pelajari dalam komputer. Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran seperti diatas akan membuat siswa lebih aktif, lebih baik dibandingkan mereka hanya pasif, hanya menerima informasi dari guru saja. Mereka juga mampu menghasilkan pengetahuan dan mempresentasikan pengetahuan yang telah didapatkan dalam berbagai format. Sudah barang tentu, bahwa pembelajaran yang aktif (active learning) bukanlah sesuatu yang rapi dalam prosesnya. Para siswa sangat sibuk mengerjakan sesuatu, menghasilkan keberisikan suara dalam kelas dan menghasilkan ruang kelas yang kotor. Aktifitas dan lingkungan belajar haruslah secara seksama mendapatkan panduan dan terstruktur, sehingga siswa benar-benar terlibat dalam aktifitas pembelajarannya.

Para siswa harus belajar bahwa eksplorasi tidak berarti hanya berkeliling mengerjakan sesuatu sesuai dengan yang mereka inginkan dan berakhir tanpa tahu maksud kegiatannya. Guru harus memastikan bahwa para siswa melakukan investivigasi dan mengajukan pertanyaan, menuliskan tentang apa yang mereka pelajari, dan mengerjakan sesuatu dalam konteks yang sebenarnya, kemudian mereka belajar untuk membaca, menulis dan berfikir.

Dalam ruang kelas yang kaya akan teknologi, para siswa tidak belajar tentang teknologi, meskipun secara tidak langsung kegiatan ini akan memberikan pengalaman menggunakan teknologi informasi dalam menyelesaikan permasalahan sehar-hari.  Jadi, teknologi hanyalah sebuah tujuan, namun bukan segalanya.

Menyiapkan Siswa untuk Menghadapi Abad Ke-21

Tugas seorang guru adalah mempersiapkan siswa siswi kita agar mampu menghadapi tantangan yang ada di masa yang akan datang, yaitu di Abad Ke-21 ini. Dalam abad ini telah terjadi perubahan yang begitu besar yang sangat berbeda dengan masa-masa ketika para guru belajar dahulu. Saat ini merupakan era digital, dalam era ini para siswa lah yang menjadi penduduk aslinya. Teknologi digital telah ada ketika mereka lahir. Merekalah warga asli dalam era digital ini (digital natives). Sedangkan para guru yang baru saja menikmati era digital disebut sebagai warga pendatang (digital immigrant). Sebagai warga asli di era digital ini, tentu saja mereka telah sangat terbiasa dengan penggunaan teknologi digital seperti komputer, handphone, Internet, multimedia player, game equipment seperti x-box, nintendo wii, dan teknologi digital lainnya. Mereka akan beradaptasi dengan sangat cepat terhadap hadirnya teknologi baru. Lihat saja, para siswa pasti akan dengan cepat mampu mengoperasikan handphone yang baru saja ditemuinya dibandingkan dengan kita. Ya, hal itu sangat wajar terjadi, karena ini dunia mereka, dunia digital!. Sebagai seorang guru dan pendatang di era digital tentu saja kita harus menyesuaikan diri, menyesuaikan cara mendidik mereka sesuai dengan cara mereka hidup di era digital, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

Untuk membangun kecakapan/keterampilan siswa di abad 21 (21st century skills), para siswa perlu menguasai beberapa keterampilan berupa kreatifitas dan inovasi, komunikasi dan kolaborasi, kemampuan meneliti dan melek informasi, berfikir kritis, pemecahan masalah (problem solving) dan membuat keputusan, kewarganegaraan digital (digital citizenship) serta konsep dan pengoperasian teknologi (NETS, 2007).

Sudah saatnya para guru menyesuaikan cara dan materi pembelajaran yang mereka berikan dengan cara hidup para siswa di era digital serta kebutuhan keterampilan di masa yang akan datang untuk menghadapi dunia kerja. Di tempat kerja saat ini dan yang akan datang, para pekerja melakukan analisa, merubah dan membuat informasi. Mereka juga berkolaborasi dengan rekan kerjanya untuk menyelesaikan permasalahan dan membuat keputusan. Mereka juga mencoba menyelesaikan permasalahan yang kompleks dengan berbagai teknologi yang dikuasainya. Di rumah dan keluarga saat ini mereka menghibur diri dengan melihat, membuat dan berperan dalam berbagai media, membuat keputusan dengan melihat informasi di Internet, tetap terhubung dengan teman dan anggota keluarga lewat berbagai teknologi.

Keterbiasaan para siswa dalam memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi merupakan potensi yang luar biasa yang ada dalam diri mereka, yang harus dikelola oleh para guru agar dapat diarahkan untuk hal-hal yang berguna dalam kehidupan mereka nantinya bukan malah digunakan untuk sesuatu yang membuat diri mereka menjadi tidak produktif dan cenderung melakukan hal-hal yang dilarang seperti mengakses situs web pornografi, kekerasan, kejahatan digital, dll. Selain konten ilmu pengetahuan, mereka para siswa harus dibekali pengetahuan teknologi dan keterampilan-keterampilan sosial untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan (problem solving) yang mereka hadapi nantinya di dunia nyata.

Integrasi dan pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya membekali para siswa dengan keterampilan teknologi canggih saja, namun lebih dari itu pemanfaatan teknologi harus pula mempromosikan berbagai hal seperti mendorong para siswa untuk berfikir kritis (tingkat tinggi), mendorong kerjasama dan kolaborasi, menggali kreatifitas dan inovasi, memaksimalkan kemampuan komunikasi, dan yang tak kalah penting adalah pemanfaatan teknologi dapat membawa suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Dalam lingkungan belajar yang menyenangkan, siswa dapat dengan mudah mengingat apa yang telah dipelajarinya karena proses pembelajaran tersebut memberikan kesan tersendiri terhadap peserta didik.

Hadirnya tulisan ini semoga dapat memberikan secercah ide bagi para staf pengajar untuk dapat membawa anak didiknya kearah yang lebih baik, “sadar akan kebutuhan membekali anak didik sesuai dengan tuntutan jaman”, yaitu abad ke-21. Agar mereka lebih siap dalam menghadapi tantangan di masa depan.

sumber : http://guruprofesional.net/blog/2010/02/12/penggunaan-teknologi-vs-integrasi-teknologi-dalam-pembelajaran/

KONSEP SISTEM INFORMASI

March 3, 2010

n  KONSEP SISTEM INFORMASI

n  KONSEP SISTEM INFORMASI LANJUT

n  DEFINISI SISTEM

n  LUDWIG VON BARTALANFY.

¨                  Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

n  ANATOL RAPOROT.

¨  Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.

n  L. ACKOF.

¨  Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.

n  Syarat -syarat system

  1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan tujuan.
  2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
  3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.
  4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari pada elemen sistem.
  5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.

n  SECARA GARIS BESAR, SISTEM DAPAT DIBAGI 2

a. SISTEM FISIK ( PHYSICAL SYSTEM ):

¨  Kumpulan elemen-elemen/ unsur-unsur yang saling berinteraksi satu sama lain secara fisik serta dapat diidentifikasikan secara nyata tujuan – tujuannya.
Contoh :

n  Sistem transportasi, elemen  : petugas, mesin, organisasi yang menjalankan transportasi.

n  Sistem Komputer, elemen  : peralatan yang berfungsi bersama-sama untuk menjalankan pengolahan data.

b. SISTEM ABSTRAK ( ABSTRACT SYSTEM):

¨  Sistem yang dibentuk akibat terselenggaranya ketergantungan ide, dan tidak dapat diidentifikasikan secara nyata, tetapi dapat diuraikan elemennnya.

Contoh : Sistem Teologi, hubungan antara manusia dengan Tuhan.

n  KLASIFIKASI SISTEM

A. DETERMINISTIK SISTEM.

¨  Sistem dimana operasi-operasi (input/output) yang terjadi didalamnya dapat ditentukan/ diketahui dengan pasti.

Contoh :

n  Program komputer, melaksanakan secara tepat sesuai  dengan rangkaian instruksinya.

n  Sistem penggajian.

B.            PROBABILISTIK SISTEM.

¨  Sistem yang input dan prosesnya dapat didefinisikan, tetapi output yang dihasilkan tidak dapat ditentukan dengan pasti; (Selalu ada sedikit kesalahan/penyimpangan terhadap ramalan jalannya sistem).

Contoh :

–          Sistem penilaian ujian

–           Sistem pemasaran.

n  KLASIFIKASI SISTEM (2)

C. OPEN SISTEM.

¨  Sistem  yang  mengalami  pertukaran  energi,  materi  atau  informasi  dengan
lingkungannya. Sistem ini cenderung memiliki sifat adaptasi, dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya sehingga dapat meneruskan eksistensinya.
Contoh :

n  Sistem   keorganisasian   memiliki   kemampuan   adaptasi. (Bisnis   dalam menghadapi persaingan dari pasar yang berubah. Perusahaan yang tidak dapat menyesuaikan diri akan tersingkir)

n  KLASIFIKASI SISTEM (3)

D. CLOSED SISTEM.

¨  Sistem fisik di mana proses yang terjadi tidak mengalami pertukaran materi, energi atau informasi dengan lingkungan di luar sistem tersebut. Contoh : – reaksi kimia dalam tabung berisolasi dan tertutup.

n  KLASIFIKASI SISTEM (4)

E. RELATIVELY CLOSED SISTEM.

¨  Sistem yang tertutup tetapi tidak tertutup sama sekali untuk menerima pengaruhpengaruh lain. Sistem ini dalam operasinya dapat menerima pengaruh dari luar yang sudah didefinisikan dalam batas-batas tertentu

Contoh :

n  Sistem komputer.  (Sistem  ini  hanya  menerima  masukan  yang  telah  ditentukan sebelumnya, mengolahnya dan memberikan keluaran yang juga telah ditentukan sebelumnya. tidak terpengaruh oleh gejolak di luar sistem).

n  KLASIFIKASI SISTEM (5)

F.            ARTIFICIAL SISTEM.

¨  Sistem yang meniru kejadian dalam alam. Sistem ini dibentuk berdasarkan kejadian di alam di mana manusia tidak mampu melakukannya. Dengan kata lain tiruan yang ada di alam.

n  Contoh :

¨  Sistem AI, yaitu program komputer yang mampu membuat computer seolah-olah berpikir.

¨  Sistem robotika.

¨  Jaringan neutral network.

G. NATURAL SISTEM.

¨  Sistem yang dibentuk dari kejadian dalam alam.
Contoh : – laut, pantai, atmosfer, tata surya dll.

n  KLASIFIKASI SISTEM (6)

H. MANNED SISTEM.

¨  Sistem penjelasan tingkah laku yang meliputi keikut sertaan manusia. Sistem ini dapat digambarkan dalam cara-cara sebagai berikut :

1.  Sistem manusia-manusia.

¨  Sistem yang menitik beratkan hubungan antar manusia.

2.  Sistem manusia-mesin.

¨  Sistem yang mengikutsertakan mesin untuk suatu tujuan.

  1. Sistem mesin-mesin.

n  KLASIFIKASI SISTEM (7)

n  Sistem yang  otomatis  di  mana  manusia  mempunyai  tugas  untuk  memulai  dan mengakhiri sistem, sementara itu manusia dilibatkan juga untuk memonitor sistem.

n  Mesin   berinteraksi   dengan   mesin   untuk   melakukan   beberapa   aktifitas.
Pengotomatisan ini menjadikan bertambah pentingnya konsep organisasi, dimana  manusia dibebaskan dari tugas-tugas rutin atau tugas-tugas fisik yang berat.

n  KLASIFIKASI SISTEM (8)

n  Perancang sistem lebih banyak menggunakan metode ” Relatively Closed dan  Deterministik  Sistem  “,  karena  sistem  ini  dalam  pengerjaannya  lebih  mudah meramalkan hasil yang akan diperoleh dan lebih mudah diatur dan diawasi.
Contoh :

¨  Pada bidang sistem informasi, faktor komputer dan program computer biasanya ” Relatively Closed dan Deterministik “, tetapi faktor manusia sebagai pengelolanya adalah ” Open dan Probabilistik Sistem “.

n  METODE SISTEM.

  1. BLACKBOX APPROACH
  2. ANALITYC SISTEM.

n  BLACKBOX APPROACH

n  Suatu sistem dimana input dan outputnya dapat didefinisikan tetapi prosesnya tidak diketahui atau tidak terdefinisi.

¨  Metode ini hanya dapat dimengerti oleh pihak dalam ( yang menangani ) sedangkan pihak  luar  hanya  mengetahui  masukan  dan  hasilnya.  Sistem  ini  terdapat  pada subsistem tingkat terendah.

Contoh : – bagian pencetakan uang, proses pencernaan.

n  BLACKBOX APPROACH

n  ANALITYC SISTEM

n  Suatu  metode  yang  mencoba  untuk  melihat  hubungan  seluruh  masalah  untuk menyelidiki kesistematisan tujuan dari sistem yang tidak efektif dan evaluasi pilihan dalam bentuk ketidak efektifan dan biaya.

n  Dalam metode ini beberapa langkah diberikan seperti di bawah ini : aa.  menentukan

a. identitas dari sistem.

–          sistem apa yang diterapkan.

–          batasannya.

–          apa yang dilaksanakan sistem tersebut.

n  ANALITYC SISTEM

b. menentukan tujuan dari sistem.

n  output yang dihasilkan dari isi sistem.

n  fungsi dan tujuan yang diminta untuk mencoba menanggulangi ingkungan.

c. bagian-bagian apa saja yg terdapat dalam sistem dan apa tujuan dari masing-masing bagian tersebut.

n  tujuan masing-masing bagian sistem harus jelas.

n  cara apa yang digunakan subsistem untuk berhubungan dengan subsistem lain.

d. bagaimana  bagian-bagian  yang  ada  dalam  sistem  itu  saling  berhubungan menjadi satu kesatuan.

n  ANALISIS SISTEM

n  Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai :

n  “Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagianbagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan”.

n  Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya.

A. Langkah-langkah di Analisis Sistem :

¨  Langkah-langkah   di   dalam   tahap   analisis   sistem   hampir   sama   dengan langkahlangkah yang dilakukan dalam mendefinisikan proyek-proyek sistem yang akan  dikembangkan  di  tahap  perencanaan  sistem.  Perbedaannya  pada  analisis system ruang lingkup tugasnya lebih terinci.

B. Didalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh Analis Sistem Yaitu sbb:

  1. Identify,

n  Yaitu mengidentifikasikan masalah
– Mengindentifikasikan penyebab masalah
– Mengidentifikasikan titik keputusan
– Mengidentifikasikan personil-personil kunci

  1. Understand,

Yaitu memahami kerja dari sistem yang ada

¨  Menentukan jenis penelitian

¨  Merencanakan jadual penelitian

¨  Mengatur jadual wawancara

¨  Mengatur jadual observasi

¨  Mengatur jadual pengambilan sampel

¨  Membuat penugasan penelitian

¨  Membuat agenda wawancara

¨  Mengumpulkan hasil penelitian

  1. Analyze, Yaitu Menganalis Sistem

¨  Menganalisis kelemahan Sistem

¨  Menganalisis kebutuhan Informasi pemakai / manajemen

  1. Report, Yaitu membuat laporan hasil analisis
    Tujuan :

¨  Pelaporan bahwa analisis telah selesai dilakukan

¨  Meluruskan kesalah-pengertian mengenai apa yang telah ditemukan dan dianalisis oleh analis sistem tetapi tidak sesuai menurut manajemen – Meminta pendapat-pendapat dan saran-saran dari pihak manajemen

¨  Meminta persetujuan kepada pihak manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya

n  PERANCANGAN SISTEM (2)

n  Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telah mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba waktunya sekarang bagi analis sistem untuk memikirkan bagaimana membentuk system tersebut. Tahap ini disebut dengan perancangan sistem .

n  PERANCANGAN SISTEM (3)

A. Perancangan sistem dapat dibagi dalam dua bagian yaitu :

    1. Perancangan   sistem sec.umum / perancangan   konseptual,   perancangan logikal/perancangan sec.makro
    2. Perancangan sistem terinci / perancangan sistem secara phisik.

n  PERANCANGAN SISTEM (4)

B. Perancangan sistem dapat diartikan sebagai berikut ini :

    1. Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem
    2. Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional
    3. Persiapan untuk rancang bangun implementasi
    4. Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk
    5. Yang dapat berupa penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesalahan yang utuh dan berfungsi
    6. Termasuk  menyangkut  mengkonfigurasikan  dari  komponen-komponen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu system

n  PERANCANGAN SISTEM (4)

C. Tahap perancangan sistem mempunyai 2 tujuan utama yaitu :

    1. Untuk memenuhi kebutuhan kepada pemakai sistem
    2. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya yang terlibat.

n  PERANCANGAN SISTEM (5)

D.            Perancangan sistem secara umum

¨  Tujuan dari desain sistem secara umum adalah untuk memberikan gambaran secara umum  kepada  user  tentang  sistem  yang  baru.  Desain  system  secara  umum merupakan   persiapan   dari   desain   secara   terinci.   Desain   secara   umum mengidentifikasikan  komponen-komponen  sistim  informasi  yang  akan  didesain secara  rinci.  Desain  terinci  dimaksudkan  untuk  pemrogram  computer  dan  ahli teknik lainnya yang akan mengimplementasi sistem. Tahap desain sistem secara umum dilakukan setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan dan hasil analisis disetujui oleh manajemen.

¨  Pada tahap desain secara umum, komponen-komponen sistem informasi dirancang dengan  tujuan  untuk  dikomunikasi  kepada  user  bukan  untuk  pemrogram. Komponen sistem informasi yang didesain adalah model, output, input, database, teknologi dan kontrol.

n
Komponen Sistem Informasi

n  Input

n  Model

n  Output

n  Teknologi

n  Basis Data

n  Pengendalian

n
TIPE UTAMA SISTEM

n  TRANSACTION PROCESSING SYSTEMS (TPS)

n  KNOWLEDGE WORK SYSTEMS (KWS)

n  OFFICE AUTOMATION SYSTEMS (OAS)

n  MANAGEMENT INFORMATION SYSTEMS (MIS)

n  DECISION SUPPORT SYSTEMS (DSS)

n  EXECUTIVE SUPPORT SYSTEMS (ESS)

Sumber : Yudhistira

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan

March 1, 2010

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan

Negara Indonesia telah berkomitmen untuk memasuki dan mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Sejak tahun 90-an telah dilakukan berbagai macam ujii coba pendidikan berbasis TIK terutama pada jenjang pendidikan tinggi (dikti) dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Targetnya adalah menjangkau seluruh jenjang dan jalur pendidikan.

“Tahun ini kita sudah memberikan akses ke lebih dari sepuluh ribu sekolah terutama SMA dan SMK, bahkan SD dan SMP pun sudah mulai online. Semua perguruan tinggi negeri sekarang sudah online dengan Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) dan lebih 100 perguruan tinggi swasta sudah online,” kata Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo usai membuka Simposium Internasional Open, Distance, and E-Learning 2007 di Discovery Kartika Plaza, Kuta, Denpasar, Bali, Rabu (14/11).

Bambang menyampaikan, kebijakan pemanfaatan TIK untuk pendidikan ini adalah terobosan yang dilakukan secara masal. Saat ini, kata Bambang, sebanyak 70 persen SMK sudah memiliki laboratorium komputer, sedangkan SMA sebanyak 30 persen dan SMP 20 persen. “Pada tahun 2008 pengadaan komputer di sekolah-sekolah akan dilakukan secara besar-besaran, ” katanya.

Menurut Bambang, strategi pemanfaatan TIK dimulai dari jenjang pendidikan yang paling siap. Perguruan tinggi, kata dia, telah memulai terlebih dahulu, kemudian pemberian akses dimulai dari jenjang SMA, SMK, dan SMP. “Biasanya daerah perkotaan lebih siap untuk memulai, kemudian kita rembetkan ke daerah pedesaan.”

Lebih lanjut Bambang mengatakan, program TIK tidak hanya dibatasi pada pendidikan formal, bahkan sekarang pun pada pendidikan nonformal sudah terdapat program TIK. Saat ini, kata dia, telah diselenggarakan program kursus komputer yang pada akhir program memberikan sertifikasi bertaraf internasional. “Sertifikasi itu namanya International Computer Driving License (ICDL). Ini mulai dikembangkan pada pendidikan nonformal,” ujarnya.

Penerapan TIK, kata Bambang, sejak tahun 2005 juga mengembangkan pendidikan menggunakan sarana televisi terutama untuk jenjang SMP. “Semua SMP sekarang sudah menjadi bagian dari TV Education (TVE). Suatu saat nanti antara pendidikan berbasis televisi dan TIK dapat diintergrasikan, sehingga komunikasi lebih sempurna lagi,” katanya.***
Sumber: Pers Depdiknas

Hello world!

March 1, 2010

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!